watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

PERSELINGKUHAN YAYUK

Yayuk adalah adalah sepupu Ibuku, pada usia 24
tahun gadis yang masih terlihat polos ini dilamar
dan dinikahkan dengan Heru, seorang sarjana
ekonomi yang pada waktu itu sudah berdinas
sebagai Staf Muda kantor pajak di salah satu kota
di Kalimantan. Setelah menikah Yayuk dibawa
untuk tinggal di sana dan bersama mereka
tinggal juga Ibu mertua Yayuk.
Setahun setelah menikah, Heru mengajak istri
dan Ibunya untuk berlebaran di kampungnya di
Jawa. Mereka mengambil transportasi lewat laut
yang lebih murah karena dititipi untuk
membawa barang-barang berupa perabot
meubel pesanan seorang atasan Heru di Jawa.
Waktu itu belum ada kapal penumpang Pelni
yang bagus sehingga terpaksa menumpang
sebuah kapal barang. Kebetulan saat menjelang
Lebaran itu penumpang di semua angkutan
memang penuh. Di kapal yang ditumpangi
Yayuk pun semua cabin awak kapal sudah habis
disewakan sehingga keluarga Yayuk tidak
kebagian kamar lagi dan terpaksa menggelar
tikar di salah satu geladak kapal, itu pun kebagian
geladak sebelah luar yang ditutupi terpal.
Karena suasananya berangin dingin tidak
menyenangkan, sesaat kapal bertolak, Yayuk
yang berpembawaan berani tanpa memberitahu
keluarganya diam-diam menghadap sendiri
kepada Kapten kapal menanyakan kemungkinan
ada kamar lagi untuk mereka. Oleh Kapten dia
diminta menanyakan sendiri pada Enos, Perwira
Satu yang mengatur masalah penumpang. Pergi
menemui Enos di kamar kerjanya Yayuk baru di
jumpa pertama sudah sempat tertegun melihat
ketampanan laki-laki yang simpatik ini, tapi di situ
meskipun sudah merengek-rengek ternyata
memang tidak ada kamar lagi. Dalam pada itu
Enos yang juga sekali melihat sudah langsung
tergiur dengan kecantikan dan kemulusan Yayuk,
mencoba iseng menggoda karena dinilainya
perempuan muda ini jinak dan mudah didekati.
Waktu itu Yayuk sedang merayu untuk
diperbolehkan dia dan Ibu mertuanya
menggunakan kamar kerja Enos.
"Waduh gimana ya Yuk, nanti Mas nggak punya
tempat kerja lagi. Tapi.. hmm.. bisa juga sih, asal
nanti Yayuk sendiri tidurnya di kamar sebelah
situ, gimana, bisa kan?" kata Enos yang
sebetulnya sudah kasihan akan memberi cuma
saja disertai iseng-iseng merayu sambil
menunjuk kamar tidurnya di sebelah.
"Lho itu kan kamar tidur Mas, lalu Mas sendiri
tidurnya di mana?"
"Ya sama di situ juga."
"Ihhik.. berdua di situ sih malah bukannya tidur
Mas.. Lagipula Ibu Yayuk nanti mau di
kemanain?" jawab Yayuk tertawa malu-malu
genit.
"Kan bisa aja, mula-mula berdua Ibu di sini tapi
kalau Ibu sudah tidur kamunya pindah ke kamar
Mas," kata Enos semakin berani berlanjut.
"Wihh.. itu sih nekat Mass.. nanti ketauan Ibu
malah rame nggak karuan," Yayuk tertawa geli
sambil memukul canda pangkal lengan Enos
yang mulai merapat kepadanya.
Keduanya ketika itu berbicara sambil berdiri
berhadapan.
"Kalau cuma bikin supaya nggak ketauan sih
gampang, yang penting maunya dulu, nanti
diaturnya belakangan."
"Ah Mas sih guyon aja, nanti udah gitu tapi tau-
taunya harga sewanya dimahalin juga?"
"Ini bener-bener serius, pokoknya kalau mau
malah bisa Mas kasih gratis," kejar lagi Enos tapi
sudah mulai menarik Yayuk merapat padanya.
Enos 30 tahun, laki-laki playboy peranakan
Menado-Jawa ini memang pintar memanfaatkan
ketampanannya untuk menaklukkan wanita.
Yakin bahwa Yayuk bisa ditaklukkan, dia makin
berani apalagi dilihatnya ada kesempatan
terbuka. Begitu rapat dia pun mulai merangkul
pundak Yayuk.
"Tapii.. gimana caranya Mass.." terdengar nada
Yayuk bimbang tergiur tawaran Enos.
"Pokoknya tenang aja.. Bilang mau dulu nanti
Mas yang jamin pasti aman.."
Kali ini bujukan Enos sudah diikuti aksinya. Yayuk
yang masih menunduk malu-malu diangkat
dagunya untuk diajak bertatap mesra. Dan ketika
Yayuk masih terdiam ragu, Enos sudah
menunduk dan memberinya satu ciuman dalam
menempel di bibirnya. Yayuk sempat gelagapan,
tapi ajakan berciuman laki-laki berwajah tampan
simpatik ini cepat saja memukaunya dan
melambungkannya dalam asyik. Sehingga dia
jadi terikut membalas melumat, saling bergelut
lidah bertukar ludah. Yang begini jelas tambah
memperlemah Yayuk karena tiba-tiba tubuhnya
terasa melayang dipondong Enos dibawa
berpindah ke kamar tidur sebelah. Tentu saja
Yayuk kaget, meronta-ronta untuk lepas tapi
bibirnya disumbat ketat oleh bibir Enos dan baru
dilepas ketika tubuhnya sudah dibaringkan di
atas tempat tidur.
"Aduhh nggak Mas, aku nggak mau..! ja.. jangan
Mass, jangan sekarang..!" panik dia ingin ke luar
dari kepungan Enos tapi cepat dibujuk Enos.
Yayuk memang sudah mulai terbujuk Enos tapi
suasananya dianggap tidak cocok saat itu.
"Sstt, sst tenang aja.. Mas juga nggak ngajakin
sekarang kok..?"
"Tapi ngapain aku dibawa ke sini!?"
"Mas cuma mau buktiin lewat ciuman tapi kuatir
di sebelah situ ada yang mergokin kita, kalau di
sini kan aman. Tenang aja, percaya sama Mas
deh."
Yayuk terbujuk lagi dan agak tenang, dia pun
segera menerima lagi ciuman dan lumatan Enos.
Kembali dia melambung dalam asyiknya
berciuman, di sini Enos semakin menjadi-jadi.
Tangan pelaut senior ini cepat saja menyusup
lewat bawah rok Yayuk, mendarat di
selangkangannya langsung meremasi bukit
kemaluannya. Lagi-lagi Yayuk kaget ingin lepas
tapi posisinya sudah dibuat terkunci lebih dulu
oleh Enos yang sewaktu mengawali ciuman
sudah naik berbaring di sebelahnya. Di atas
mulutnya disumbat ciuman, masing-masing
tangan yang sebelah ditindih dan sebelah lagi
dicekal tangan Enos yang melingkari bawah
lehernya, sementara sebelah kaki Enos pahanya
menyusup di tengah selangkangan menjaga
paha Yayuk tidak bisa merapat.
Semakin keras Yayuk berusaha, semakin ketat
tekanan Enos dan semakin gencar terasa
rangsangan Enos di kemaluannya. Bukan
sekedar meremasi dari luar lagi tapi Enos sudah
menyusupkan tangannya langsung bermain di
bibir kemaluannya. Di situ jari-jarinya sudah
meraba-raba celah lubangnya mulai mengiliki
kelentitnya. Masih terakhir Yayuk berkutetan
sebentar tapi kemudian kalah juga, malah
mengikuti rangsangan jari Enos yang mulai
meningkatkan birahinya terangkat naik. Apalagi
ketika satu jari Enos ditelusupkan ke dalam
lubang dan mulai mengorek-ngorek di dalam
situ, Yayuk dari semula ingin berontak lepas,
sekarang malah pasrah kepada Enos. Ini
dibuktikan ketika Enos mengendorkan cekalan
tangannya, Yayuk ternyata tidak ribut ingin lepas
malah terdiam hanyut dengan mata terpejam
menikmati asyik ciuman bergelut lidah sambil
lubang kemaluannya dilocoki jari Enos.
Ini di luar dugaan Enos mendapati Yayuk yang
kebetulan cepat sekali terangsang berahinya.
Memang sadar sekarang bukan waktu yang
tepat untuk bercinta tapi untuk langsung berhenti
Enos tidak tega sebab dilihatnya Yayuk sudah
terlalu hanyut jauh mendekati orgasmenya.
"Hhghh ssh.." betul juga, mengerang pelan
terdengar suara Yayuk meskipun tidak kentara
tapi Enos tahu bahwa Yayuk sedang berorgasme
saat itu. Sebentar digencarnya rangsangan
membantu Yayuk sampai terasa mengendor
barulah Enos berhenti. "Tuu kaan, percaya kalau
Mas nggak mau jahat sama Yayuk. Ini cuma
sekedar supaya lebih kenal deket, soalnya cewek
cantik kayak Yayuk gini bikin Mas langsung
gemes pengen cium sambil diremes-remes.
Ayo, rapiin dulu bajunya habis itu bisa ajak
Ibunya ke sini," kata Enos dalam gaya merayu
lembut simpatik untuk tetap mengambil hati
Yayuk.
Caranya seperti sudah yakin bahwa Yayuk pasti
akan menyetujui tawarannya tapi memang
Yayuk juga seperti tersihir dengan undangan itu.
Dia hanya sempat ragu-ragu waktu berjalan
menemui keluarganya, cuma saja di situ dia
justru mengikuti apa yang ditawarkan Enos
untuk mengajak Ibu mertuanya menginap di
kamar kerja Enos. Tentu saja Ibu senang dengan
kebaikkan Enos, padahal Yayuk sendiri setelah itu
berdebaran jantungnya menunggu pengalaman
baru yang akan dialaminya malam nanti.
Kapal keluar mengarungi lautan, siang itu sudah
langsung diterpa ombak membuat para
penumpang mulai pening. Lewat makan malam
sebagian besar sudah menggeletak lunglai
termasuk Ibu dan Yayuk. Melihat itu Enos
memberi pil anti mabuk pada Ibu, tapi ketika
Yayuk juga minta, dia membisiki bahwa itu
sebenarnya obat tidur dan Yayuk dicegah untuk
ikut meminumnya. Betul juga menjelang tengah
malam ibunya sudah terkulai pulas di sebelahnya
dan ketika itu Enos yang sedari tadi kalau ke luar
masuk lewat pintu tersendiri dari kamar
tidurnya, kali ini pura-pura masuk dari pintu
kamar kerja. Meyakinkan dulu bahwa Ibu benar-
benar sudah pulas, dia menarik lengan Yayuk
mengajaknya ke kamar sebelah. Yayuk yang
sudah terkesan dengan kejadian siang tadi sudah
tidak ragu-ragu untuk bergerak bangun
mengikuti ajakan Enos ke kamar tidurnya. Baru
saja masuk sudah langsung diangkat Enos
dibaringkan di tempat tidur.
"Tapi Mass.. aku masih takut kalau ketauan.."
bisik Yayuk menguatirkan perasaannya.
"Nggak usah kuatir.. Ibumu nggak akan bangun
sampai besok pagi. Sini Mas yang bantu bukain
bajunya ya..?" hibur Enos sambil menawarkan
bantuannya tapi diambil alih sendiri oleh Yayuk.
Enos menutup sebentar gordyn tempat tidur
yang umumnya terpasang khusus pada tempat
tidur kapal, dia sendiri katanya akan ke kamar
mandi dulu. Suasana ruangan remang-remang
dengan hanya lampu meja menyala, di tempat
tidur lebih gelap lagi terhalang oleh gordyn. Tidak
lama Enos kembali hanya mengenakan sarung
saja ketika naik menyusul Yayuk yang rupanya
betul-betul patuh sudah bertelanjang polos
menuruti permintaan Enos. Meskipun samar-
samar tapi cukup jelas terpandang tubuh padat
Yayuk, sudah langsung melonjakkan gairah
nafsu Enos namun begitu dia tetap menjaga
kelembutannya agar tidak berkesan kasar pada
perkenalan pertama ini. Dipikir-pikir nekat juga
Yayuk sudah langsung pasrah dengan laki-laki
yang baru pertama dikenalnya ini, tapi
ketampanan yang memikat serta kepintaran
Enos merayu betul-betul sudah menaklukan hati
Yayuk. Siang tadi keasyikan yang dialaminya
sudah begitu membuatnya terkesan, sekarang
berulang lagi ketika kedua bibir mulai bertemu
kembali membuatnya cepat jatuh dalam birahi
karena dia memang sengaja menuju ke situ.
Sambil bibir bertemu kecup mesra, diterimanya
rangsangan tangan Enos yang menggerayang
meraba dan meremasi tubuh kewanitaannya.
Beda dengan tadi, Enos tidak lagi perlu keras
terburu nafsu sebab Yayuk didapatinya sudah
lebih dulu pasrah, lembut saja tapi cukup
mengipasi bara birahi Yayuk terbakar menyala.
"Kita bikinnya pelan-pelan aja ya? Jaga suara
supaya nggak didenger Ibumu.." begitu pesan
Enos yang sekaligus membuktikan pada Yayuk
bahwa sebenarnya laki-laki ini kalem dan bukan
type kasar. Ini makin menenangkan Yayuk dan
dalam tempo sekejap dia sudah terlupa pada
suaminya yang sedang meringkuk kedinginan
dan pening, tidur beralaskan tikar di lantai besi di
geladak yang berangin kencang, sebab dia
sendiri di atas kasur empuk sedang dipeluk
hangat seorang lelaki tampan yang membuainya
dengan kecupan mesra diiringi asyik susunya
diremas-remas, dipilin-pilin geli puting susunya.
Meningkat asyik lagi ketika mulut Enos selepas
ciuman merambat dengan kecupan seputar
leher, menurun hingga tiba di bukit susunya, di
situ berganti-ganti kedua puncak bukitnya
dikerjai kecapan mulut. Yayuk mulai
menggelinjang meresapi geli-geli enak pentilnya
dijilat-jilat dan dihisap-hisap mulut Enos yang
terlatih. Tapi yang lebih membuatnya buntu
kesadaran adalah ketika Enos melengkapi
rangsangan dengan merambatkan sebelah
tangannya ke arah selangkangan dan mengulang
permainan siang tadi.
Membuka lebih lebar jepitan paha Yayuk, begitu
terkuak segera tangannya menyusup dan
mengawali dengan remasan-remasan di bukit
kemaluannya sebelum disusul dengan jari-
jarinya mengukiri celah lembabnya. Di sini saja
sudah membuat Yayuk mengejang-ngejang
dengan rahang terasa kaku. Apalagi sewaktu
satu jari tengah Enos disogokkan menggeseki
mulut lubang kemaluannya "Serr.. serr.. serr.."
cairan pelicinnya mulai terpompa ke luar. Tapi
serasa sudah banjir, Enos kelihatan masih asyik
berlambat-lambat. Padahal kalau tidak teringat
pesan tadi, ingin rasanya Yayuk merengek dan
menggeliat-geliat binal disengat geli seperti ini.
Rupanya Enos menunggu sampai betul-betul
matang, barulah dia masuk ke babak utama.
Berhenti sebentar untuk membuka sarungnya
membebaskan batang kemaluannya, segera dia
pun berpindah mengambil posisi di tengah
selangkangan Yayuk. Dibubuhinya ludah dulu
diujung kepala penisnya sebelum mulai
dicucukkan ke lubang kemaluan Yayuk.
"Hhngghahh.." Yayuk tersedak tenggorokannya
ketika mulai menerima desakan pertama ujung
batang kemaluan Enos. Maklum masih asing
dengan batang baru ini meskipun diingini juga
untuk melepaskan tuntutan kepuasannya. Tapi
kalau nada di atas kedengaran seperti kaget
belum terbiasa, sambutan di bawah justru luar
biasa. Baru di pembukaan pertama Enos sudah
langsung mendapatkan kehangatan Yayuk.
Karena diburu oleh tuntutan laparnya, kemaluan
perempuan ini bergerak seperti refleks, menjepit
dan menarik batang kemaluan Enos langsung
dibawa tenggelam masuk. Kontan Enos
kedodoran menurunkan tubuhnya seolah-olah
ikut ditarik oleh sedotan lubang kemaluan itu.
Tentu saja Enos senang bukan main mendapat
partner bercinta yang mengasyikkan seperti ini.
Dalam pada itu Enos dari sebelumnya sudah
mempersiapkan diri, batang kemaluannya yang
kebetulan punya ukuran agak lebih besar dari
milik suaminya Yayuk itu sengaja diolesi obat
agar tegang lebih lama. Waktu baru masuk agak
meringis juga Yayuk, tapi sesudah mulai bisa
menyesuaikan diri dan Enos juga membantu
dengan membakar lewat kecupan-kecupan
mesra di seputar wajahnya. Yayuk mulai
melanjutkan lagi memainkan otot-otot lubang
kemaluannya. Diputar sebentar saja dia sudah
menikmati asyik yang menggaruki liang
kemaluannya. Makin dikocok makin menjadi-jadi
rasa itu memaksa orgasmenya mulai mendekat
untuk terlepas ke luar. Apalagi berikutnya Enos
menyusuli dengan juga memainkan pantatnya
naik turun menggesek-gesek batang
kemaluannya, Yayuk makin cepat dibawa ke
puncak permainan tanpa dapat terbendung lagi.
Akhirnya memeluk mencengkerami punggung
Enos diapun menyentak-nyentak sewaktu mulai
berorgasme.
"Hhoghh.. sshhgh.." hanya suara
tenggorokannya yang tersenggak mengiringi
saat kepuasannya itu, berusaha disembunyikan
dengan cara menggigiti pundak Enos. Enos jelas
tahu keadaan Yayuk tapi dia tidak mau berhenti
untuk memberi kesempatan Yayuk menarik
nafas. Sebab liang kemaluan yang diputar-putar
menjepit menarik-narik dan menganduk-
nganduk itu sudah membuatnya terasa begitu
enak, sementara dia sendiri belum kebagian
terpuaskan. Repotnya buat Yayuk ialah lawan
mainnya ini cukup tangguh dan berpengalaman,
manalagi Enos memakai obat penunda rasa
sehingga bisa berlama-lama menikmati
keasyikkan permainan sementara Yayuk malah
keteteran dibuatnya. Sudah banjir keringat
keduanya namun permainan masih seru dan
hangat sekali.
Padahal biasanya perempuan kalau terlalu lama
disetubuhi sudah melemah dan menurun
gairahnya, tapi batang kemaluan Enos yang
keras kaku seperti ampuh untuk merangsang
terus di jepitan liang kemaluana Yayuk memaksa
orgasmenya keluar sambung menyambung.
Sehingga ketika Enos akhirnya sampai juga pada
ejakulasinya untuk pertama kali, Yayuk sendiri
sudah untuk yang ke tiga kalinya. Begitu lepas
Yayuk langsung terkulai lemas dengan tulang-
tulang serasa dicopoti. Betul-betul lelah sekali tapi
tidak urung satu hal sudah tertanam di hatinya
yaitu kesan indah memuaskan sekali dari hasil
permainan bersama Enos yang dinilainya begitu
jantan dan batang kemaluannya pun luar biasa
enaknya. Maklum, Yayuk selama ini hanya
terpuaskan lewat milik suaminya saja. Dengan
sendirinya begitu dapat dari Enos terasa lebih
dari cukup untuk memuaskan kemaluan lapar
milik Yayuk.
Kelanjutan malam itu meskipun Enos masih
belum puas mengerjai Yayuk, tapi dia tidak
memaksa ketika Yayuk karena perasaan takutnya
berkeras untuk kembali tidur bersama Ibu
mertuanya. Tapi cara Enos yang pintar
mengambil hati begini justru menarik simpati
Yayuk untuk mengulang lagi di malam
berikutnya dengan senang hati. Begitulah selama
perjalanan empat hari empat malam dari, kalau
penumpang lainnya mabuk pening oleh goyang
ombak lautan, Yayuk sendiri justru mabuk enak
oleh goyang senggama bersama Enos.
Meskipun perjumpaan singkat namun Yayuk
sudah terpincuk ketagihan dengan Enos. Terbukti
di saat-saat terakhir sekalipun di suasana yang
boleh dibilang nekat tapi Yayuk toh mau juga
menutup keisengannya bersama lelaki tampan
itu.
Masih beberapa jam menjelang tiba, semua
penumpang sudah sibuk mengemasi barang-
barangnya. Waktu itu di kamar kerja Enos,
suami dan Ibu mertua Yayuk juga sibuk
mengemasi perlengkapan mereka sementara
Yayuk sendiri sedang ke luar mandi. Yayuk
selesai mandi dan berjalan kembali ke kamar
kerja Enos, rupanya sudah ditunggu Enos di
balik pintu kamar tidurnya. Begitu akan melintas
di situ tiba-tiba pintu terbuka dan Enos langsung
menangkap lengan Yayuk menariknya masuk ke
kamar tidur itu. Karuan saja Yayuk kaget dan
memberi isyarat bahwa keluarganya sedang
berkumpul di sebelah. Tapi Enos berkeras
sehingga meskipun serba salah terpaksa dituruti
juga oleh Yayuk, apalagi di tikungan gang
terdengar langkah kaki orang, Yayuk takut kalau
terlihat bahwa dia sedang bertarik-tarikan dengan
Enos di depan pintu.
Cepat dia meloncat masuk dan secepat itu juga
buru-buru melewati celah pintu penghubung
kamar sebelah yang terkuak. Pintu itu memang
cuma bisa ditutup setengah dikaitkan dengan tali
karena sudah rusak, tapi masih ada penghalang
gordyn sehingga tidak terlihat keadaan di sini dari
kamar kerja sebelah. Langsung mengambil
tempat terlindung di arah ujung tempat tidur,
Yayuk berdiri dengan jantung berdebaran
sementara Enos membalik kaset menyetel musik
untuk menunjukkan pada orang sebelah bahwa
dia masih ada di kamar sekaligus untuk
meredam suara kehadiran Yayuk.
"Iddihh Mas nekat ahh.. kalau ketauan aku di sini
gawat nantinya.. Ehh, adduh! mau ngapain lagi
Mass.. Sebentar lagi mau nyampe aku pasti
ditungguin sekarang ini..!?"
Baru saja mengeluh Yayuk sudah menyambung
protes kaget karena Enos tiba-tiba mengangkat
tubuhnya untuk dibaringkan di tempat tidur.
Meskipun begitu suaranya ditekan untuk berbisik
pelan.
"Masih jauh nyampenya Yuk.. Soalnya Mas
masih penasaran kamu. Nanti kapan lagi bisa
ketemunya, paling-paling setelah lewat dari sini
kamu lupa lagi sama Mas."
"Ya enggak sih Mas, kan aku udah janji akan
ngirimin surat buat Mas, siapa tau nanti ketemu
lagi."
"Itu sih tetap Mas tunggu, cuma untuk
perpisahan sekarang ini kasih sekali yang terakhir
kan boleh?" Enos menawar sambil tangannya
bekerja untuk menurunkan celana dalam Yayuk.
"Tapi aku nggak enak Mass.. risih aku suamiku
deket sekali di sebelah. Nanti kedengeran suaraku
dia curiga, gimana alasannya?" Yayuk
mengutarakan keberatannya meskipun begitu
dibiarkannya juga celana dalamnya dilolosi lepas
oleh Enos.
"Gampang, nanti bilang aja Mas Enos lagi ngasih
bekal istimewa buat Bu Heru.."
"Bekal apa.. aahahngg..!?" Yayuk tersenyum geli
dengan canda Enos tapi kemudian dia
mengerang manja ketika tiba-tiba dirasanya
celah kemaluannya kena disosor mulut Enos.
Sebentar dia kikuk kegelian mencoba untuk
menolaki kepala Enos tapi karena Enos tetap
berkeras, dia mengalah juga apalagi dia mulai
merasakan enak kemaluannya dikerjai mulut
Enos. Rasa geli-geli asyik ketika klitorisnya dijilat-
jilat, digigiti gemas dan lubang kemaluannya
disodok-sodok kaku ujung lidah Enos. Yayuk
dengan suaminya belum pernah dipermainkan
seperti ini. Jelas ketika mendapatkan permainan
baru dari Enos, dia pun semakin menyukai Enos
yang dinilainya pintar untuk bisa memberikan
kenikmatan dan kepuasan dalam seks
kepadanya. Sehingga kalau beberapa menit lalu
dia masih setengah hati karena suami dan
mertuanya sedang ada di sebelah, sekarang dia
sudah tidak perduli apa-apa lagi. Buntu otaknya
oleh rangsangan geli-geli mengasyikkan ini,
menelentang diam dengan mata sayu terpejam-
pejam mulut setengah menganga sambil
terkangkang lebar memberikan kemaluannya
yang terkuak bebas dikerjai Enos.
Enos sendiri baru kali ini melihat jelas bentuk
kemaluan Yayuk, sebab selama ini selalu main
dalam suasana gelap. Kontan gairah
kelelakiannya terangsang oleh liang kemaluan
yang montok dan menggembung menggiurkan
ini, serasa rakus mulutnya mengecapi gemas-
gemas nafsu diikuti jarinya mengoreki
lubangnya yang lunak hangat. Asyik bermain di
situ tapi lama-lama tidak tahan juga. Enos
berhenti setelah melihat Yayuk sudah matang
dirangsang, turun dia dari tempat tidur untuk
menurunkan celananya. Berdiri di samping
Yayuk kali ini dia sengaja membebaskan
kemaluannya memamerkan batang telanjangnya
dipandangi Yayuk dengan mata sayu bernafsu.
Makin didekatkan batang itu ke muka Yayuk.
"Basahin sebentar sama ludahmu Yuk..!"
pintanya menguji kesediaan Yayuk. Apa yang
dimaksud segera dipenuhi Yayuk karena
perempuan kalau sudah dibuktikan lebih dulu
dihisap kemaluannya memang jadi murah hati.
Padahal inipun masih risih dia melakukannya
pada suaminya. Dalam berahinya terlupa sudah
rasa risih dan jijik apalagi dengan lelaki bukan
suaminya, langsung saja Yayuk mendekatkan
kepalanya membawa mulutnya mencaplok
kepala batang Enos. Segera dihisap-hisap dan
dilocoknya bagian yang bisa tertampung di
mulutnya berdasarkan nalurinya sambil
memejamkan mata untuk ikut menikmati rasa
yang terdapat di situ. Dia mulai mendapatkan
keasyikan tersendiri dengan mengulum batang
kemaluan lelaki seperti ini tapi sayangnya tidak
berlama-lama karena Enos tidak ingin kehabisan
waktu.
Meminta batangnya dilepas, Enos naik langsung
menindih Yayuk dengan menempelkan rapat
kedua kemaluan masing-masing, tapi rupanya
dia belum langsung mulai, masih menggosok-
gosokkan batang tegangnya di depan mulut
lubang sambil mengajak Yayuk bercumbu
diiringi kecupan mesra di seputar wajahnya.
Kalau belum dimasukkan memang belum
bereaksi, jadi Yayuk masih bisa meladeni cumbu
rayu Enos, saling berbisik dengan juga
membalas berkecupan sama mesranya.
"Kalau udah di rumah nanti jangan lupa sama
Mas Enos, ya Yuk..?"
"He ehh.. aku nggak bakalan lupa sama Mas,
abisnya pinter maennya. Tapi jangan-jangan
Mas sendiri yang lupa sama Yayuk?"
"Oo nggak, Mas pasti keinget terus sama
memeknya Bu Heru yang pinter ngocok sendiri
ini.."
"Ngg.., kontolnya Mas Enos yang mantep.."
balas Yayuk tersenyum geli.
"Bu Heru suka ya? tapi jangan bilang-bilang Pak
Heru kalau memeknya dipakai Mas, ya?" kata
Enos sambil mulai memasukkan batangnya di
lubang kemaluan Yayuk yang sedari tadi sudah
siap menganga di bawahnya. Begitu tertancap
langsung disambung gerakan keluar masuknya
pelan.
"Asal jangan kenceng-kenceng Maass.. nanti
rusak, Pak Heru di sebelah bisa marah.. Sshh
hmm.. enak banget kontolnya Mas Enos.. enaakk
rassanya.." sambil bertimpal canda Yayuk pun
segera meresap asyik garukkan batang
kemaluan Enos, liang kemaluannya mulai
mengimbangi dengan goyang mengocok
seirama dengan Enos.
"He ehh.. sambil diputer-puter gitu Bu Heru..
Iyya sshh asyik kocokkannya.. sshmm.."
Keduanya mulai tenggelam dalam asyiknya
bersanggama. Sekalipun suaminya berada dekat
di sebelah dan namanya disebut-sebut tapi
Yayuk betul-betul sudah terlupa dengan cinta
sucinya kepada sang suami. Terlupa dirinya
dalam nikmat beradu kemaluan dengan lelaki
yang relatif baru dikenalnya ini. Satu-satunya
yang masih teringat cuma menjaga suara
jangan terlepas mencurigakan. Padahal kalau
saja Heru tahu apa yang terjadi di balik dinding
sebelah, tentu bisa pingsan dia saking dibakar
cemburu. "Ssshh nghh.. aahsh mngh.. hhgh
sshh.. ahh aaoohh dduhh.. mmhgng.."
mungkin bisa terlepas ke kamar sebelah suara
desah nafas dan erang tenggorokan keduanya
yang keenakkan, tapi tentu saja Heru tidak curiga
bahwa itulah erang rintih istrinya yang sedang
berorgasme melepaskan kepuasannya. Kapal
merapat dan penumpang turun, Enos dari
anjungan atas hanya mengantar perpisahan ini
dengan senyum manis disambut Yayuk yang
membalas dengan juga tersenyum malu-malu
geli.
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/889
U-ON

inc Powered by Xtgem.com